Sejarah Asal-usul Gamis dan Baju Koko, Sudah Jadi Bagian Fesyen
Sejarah Asal-usul Gamis dan Baju Koko, Sudah Jadi Bagian Fesyen – Melihat dari model bajunya, baju tersebut tergolong gamis untuk anak-anak ataupun baju koko yang terlalu besar, sehingga menutupi sebagian besar kaki Nussa. Namun, apakah benar bahwa baju ini tidak wajar untuk anak di Indonesia dan bisa menjadi alat propaganda?
Meski sering memakainya, belum tentu kamu mengetahui sejarahnya. Yep, gamis dan baju koko adalah pakaian yang sering d’kenakan oleh lelaki muslim. Terutama, jika sedang beribadah, seperti mengaji, shalat Jum’at, dan d’pakai di hari khusus seperti Idul Fitri.
1. Gamis biasa dipakai di negara Timur Tengah dan Afrika
Melansir dari mamiya-usa.com gamis (disebut juga sebagai thawb, thobe, atau qamīṣ), adalah pakaian sepanjang pergelangan kaki dan biasanya memiliki lengan panjang. Pakaian ini mirip jubah, kaftan, atau tunik. Biasanya, gamis terpakai di negara-negara Semenanjung Arab dan beberapa negara di Afrika Timur dan Barat.
Berdasarkan studi berjudul “Islamic Education in Civilization of Fashion Industry: Clothes Concept Reflection in Islam” yang d’terbitkan pada jurnal Ta’dib pada tahun 2015, menyebutkan tentang Raghib al-Isfahani, seorang ahli bahasa. Ia mengatakan bahwa pakaian itu d’namai tsiyab atau tsaub karena ide dasarnya, yakni sebagai “penutup alat kelamin”.
2. Gamis di tiap negara punya ciri khas masing-masing
Setiap negara punya tradisinya sendiri dalam mengenakan gamis atau thawb. Perbedaan bisa kita lihat di bagian leher dan lengan baju. Misalnya, pria Maroko mengenakan djellabah, sejenis gamis dengan lengan baju yang cenderung lebar dan leher terbuka agar ada ruang untuk bernapas pada cuaca yang terik.
Sementara, pria Uni Emirat Arab memakai kandura, sejenis gamis yang tidak berkerah dengan rumbai panjang yang menggantung di leher. Pria Oman menggunakan pakaian serupa, tetapi dengan rumbai yang lebih pendek.
3. Sementara, baju koko adalah baju tradisional masyarakat Tionghoa
ika gamis berasal dari Timur Tengah, maka baju koko berasal dari Asia Tengah. Ini adalah baju tradisional masyarakat Tionghoa yang terkenal dengan nama tui khim. Baju ini mulai tren di Indonesia tepatnya saat pendatang Tionghoa mengunjungi Batavia. Pakaian ini dulunya menjadi identitas warga Tionghoa, saat mereka datang ke VOC untuk membangun Batavia.
D’kutip Chinese Indonesian Heritage Center, baju tui khim adalah kemeja gaya Tionghoa tanpa kerah yang d’padukan dengan celana komprang. Orang dengan status ekonomi lebih tinggi biasanya mengganti kancing kain dengan kancing berbahan logam mulia.
Pada abad ke-19, pejabat yang ditunjuk oleh pemerintah kolonial memiliki jaket luar dengan kerah. Kerah adalah elemen khas Eropa dan merupakan simbol pangkat atau status. Terkadang, mereka juga memakai aksesori kebarat-baratan seperti jam saku.